1. Intramuscular (im)
2. Intradermal (id)
3. Subcutaneus (sc)
4. Intravenous (iv)
5. Intra-arterial (ia)
6. Intraperitoneal (ip)
Persiapan alat :
·
Kapas alkohol
·
Disposable syringe yang sesuai (1 cc, 3
cc, 5 cc, 10 cc)
·
Sarung tangan karet disposable
A. Injeksi Intramuscular :
·
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke
dalam otot dengan jarum suntik.
·
Cairan yang digunakan biasanya dalam
jumlah kecil, antara 0,5-10 cc.
·
Obat yang sering diinjeksikan cara im
: metoclopramide, codein, suntikan KB, macam2 vaksin.
·
Lokasi untuk penyuntikan im :
·
Daerah glutea : penderita dipersilahkan
berbaring
·
Daerah deltoid : penderita boleh berdiri
atau duduk
·
Daerah paha : penderita boleh berbaring
atau duduk.
·
Prosedur im :
·
Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan
kapas alkohol
·
Pegang daerah kulit dan otot yang akan
disuntik kemudian tusukkan jarum suntik dalamposisi 90⁰ atau
tegak lurus, tindakannya harus tepat dan cepat
·
Setelah jarum sepenuhnya masuk, lepaskan
pegangan tangan anda
·
Tarik perlahan pendorong syringe dan lakukan
aspirasi untuk memeriksa apakah jarum syringe yang ditusukkan masuk ke pembuluh
darah atau tidak. Jika tampak darah, jarum segera dicabut dan daerah bekas
tusukan ditekan dengan kapas alkohol. Lalu lakukan injeksi di lokasi lain
dengan menggunakan jarum baru.
B. Injeksi Intra Dermal :
·
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke
lapisan di antara kulit dengan jarum suntik.
·
Cairan yang disuntikkan biasanya dalam
jumlah yang sangat kecil 0,1-0,5 cc.
·
Obat yang sering diberikan dengan cara
injeksi intradermal adalah kostrikosteroid dan tes mantoux.
·
Prosedur :
·
Bersihkan daerah penyuntikkan dengan
kapas alkohol
·
Regangkan daerah kulit yang akan
disuntik, lalu tusukkan ujung jarum suntik dalam posisi 10⁰ , posisi lubang jarum mengarah ke
permukaan atas.
·
Lalu posisi jarum disejajarkan kulit
sampai jarum menembus lapisan antara stratum corneum. Panjang jarum yang masuk
tidak perlu seluruhnya ditusukkan tapi disesuaikan dengan kebutuhan.
·
Jika sudah yakin bahwa jarum sudah
berada di antara lapisan kulit, larutan dalam syringe boleh diinjeksikan.
·
Jika posisi injeksi sudah benar, maka
permukaan kulit akan tampak menggembung, seperti tanda fluktuasi.
·
Setelah semua larutan diinjeksikan,
jarum dicabut perlahan-lahan dan kulit daerah bekas tusukan dihapus dengan menggunakan
kapas alkohol.
C. Injeksi Subkutan (sc) :
·
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke
bawah kulit dengan jarum suntik.
·
Cairan yang disuntikkan biasanya dalam
jumlah kecil.
·
Lokasi penyuntikan :
·
di paha bawah bagian depan
·
di perut, bagian bawah umbilicus
·
Prosedur :
·
Bersihkan kulit tempat akan dilakukan
penyuntikan dengan kapas alkohol
·
Pegang daerah kulit yanga kan disuntik,
kemudian tusukkan ujung jarum suntik dalam posisi miring 45⁰
·
Jika jarum sudah masuk semuanya,
lepaskan pegangan tangan anda
·
Jika yakin bahwa jarum sudah masuk di
ruang subcutaneus, larutan dalam syringe boleh diinjeksikan
·
Setelah larutan semuanya sudah
diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-lahan dan kulit daerah bekas tusukam
ditekan denganmenggunakan kapas alkohol.
D. Injeksi Intra Vena (iv) :
·
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke
dalam sistem peredaran darah melalui vena dengan jarum suntik.
·
Efek zat akan sangat cepat menyebar ke
seluruh bagian tubuh penderita, karena langsung masuk ke pembuluh darah.
·
Risiko injeksi iv :
·
Infeksi : terutama oleh Staphylococcus aureus dan Candida albicans
·
Phlebitis : iritasi vena bukan karena
infeksi bakterial
·
Infiltrasi : zat yang disuntikkan masuk
ke jaringan sekitar.
·
Embolism : gumpalan darah, massa padat
atau udara menyumbat pembuluh darah, terutama pada pemberian central iv. Udara
sebanyak 30 ml dapat mengancam sirkulasi darah. Jika sekaligus banyak, maka
dapat merusak sirkulasi pulmonal dan mengancam jiwa. Udara yang sangat besar
(3-8 ml/kgBB) dapat menghentikan jantung.
·
Injeksi IV ada 2, yaitu : sentral dan
perifer. IV perifer dibagi menjadi 2 lagi, yaitu IV kontinu (infus) dan IV
intermitten.
·
Lokasi penyuntikan : (penderita boleh
duduk atau berbaring)
·
v. mediana cubiti
·
v. basilica
·
v. antebrachial medianus
·
v. cephalica
·
Prosedur penyuntikan :
·
Palpasi daerah lengan atau fossa cubiti
untuk menetukan lokasi dan memilih vena.
·
Pasang manset tourniquet sekeliking
lengan atas.
·
Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan
kapas alkohol.
·
Lokasi penyuntikan ditahan dengan ibu
jari penyuntik, kemudian mulai tusukkan jarum suntik syringe secara hati-hati.
·
Tusukkan jarum syringe secara miring sambil menyususr vena yang akan ditusuk.
·
Tarik perlahan pendorong syringe dan
lakukan aspirasi untuk memeriksa apakah jarum syringe yang kita tusukkan sudah
benar masuk ke pembuluh vena atau belum. Jika tampak darah, berarti jarum sudah
menembus vena. Jika masih belum tampak darah, susuri sampai berhasil.
·
Jika sudah tampak darah, lepaskan
tourniquet lalu injeksikan cairan dalam syringe dengan cara menekan pendorong syringe
secara perlahan.
·
Setelah cairan dalam syringe sudah
habis, cabut jarum perlahan kemudian kulit bekas tusukan tekan dengan hati-hati
dengan kapas alkohol, kemudian boleh ditutup dengan plester.
·
Pemberian IV continue :
·
Dimaksudkan untuk memberikan cairan/zat
dalam jumlah cukup banyak dan dalam waktu yang cukup panjang, langsung ke dalam
sistem peredaran darah melalui vena.
·
Prinsipnya sama dengan IV intermitten,
tapi ada beberapa perbedaan :
·
pasien harus berbaring
·
jarum khusus untuk pemberian infus atau
transfusi berupa abbocath.
1.
MACAM-MACAM
INJEKSI
Pemberian obat secara parenteral (harfiah
berarti di luar usus) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang cepat, kuat,
dan lengkap atau obat untuk obat yang merangsang atau dirusak getah lambung (hormone),
atau tidak direarbsorbsi usus (streptomisin), begitupula pada pasien yang tidak
sadar atau tidak mau bekerja sama. Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri,
sukar digunakan oleh pasien sendiri. Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi
kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau saraf jika tempat
suntikan tidak dipilih dengan tepat.
1.
Subkutan/sc (hypodermal).
Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan
hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak.
Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan
sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula.
Tempat yang paling tepat untuk melakukan
injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas,
abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha.
Tempat yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen.
Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral
atas atau gloteus dorsal. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi,
lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar
dibawahnya.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya
obat dosis kecil yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif
terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar. Kumpulan obat
dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti gumpalan
yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
1.
Intrakutan/ic (=di dalam kulit)
Perawat biasanya memberi injeksi
intrakutan untuk uji kulit. Karena keras, obat intradermal disuntikkan ke dalam
dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbsi lambat.
Pada uji kulit, perawat harus mampu
melihat tempat injeksi dengan tepat supaya dapat melihat perubahan warna
dan integritas kulit. Daerahnya harus bersih dari luka dan relatif tidak
berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas.
1.
Intramuskuler (i.m),
Rute IM memungkinkan absorbsi obat yang
lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat di
otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam
tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh
darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut berlangsung
dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat reabsorbsi dengan maksud
memperpanjag kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam
minyak, umpamanya suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi
umumnya dipilih pada otot pantat yang tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf.
Tempat injeksi yang baik untuk IM adalah
otot Vastus Lateralis, otot Ventrogluteal, otot Dorsogluteus, otot Deltoid.
1.
Intravena (i.v),
Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan
efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat
sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya
singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat
dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat yang tak
larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat
mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat, karena
dengan cara ini “benda asing†langsung dimasukkan ke dalam sirkulasi,
misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya ini lebih
besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat setempat dalam
darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi i.v sebaiknya
dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
1.
Intra arteri.
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya
dilakukan untuk “membanjiri†suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang
sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker
nitrogenmustard.
1.
Intralumbal (antara ruas tulang belakang
pinggang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut), intrapleural,
intracardial, intra-articular (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara
injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.